assalamualaikum,
bismillah,
Tema yang akan saya bahas kali ini adalah mengenai munafik. Pasti kalian sudah tahu dan mengenal kata sifat yang diadaptasi dari bahasa arab tersebut. Namun, saya tidak akan membahas pengertian sifat Munafik itu sendiri. karena saya yakin anda sudah mengerti arti kata munafik. Karena di Al-Qur'an telah jelas disebutkan bahaya serta tanda-tanda sifat munafik.
Seperti yang saya katakan diatas, bahwa ada penjelasan yang mendetail tentang Munafik. Sehingga diharapkan kita mampu menghindarkan diri dari sifat tersebut dan kita juga bisa menjauhkan orang disekeliling kita dari sifat yang amat bahaya tersebut.
Sedikit cerita, Dulu saya sempat geram dan memvonis teman saya munafik. Karena dalam jejaring sosial facebook dia sering memasang status-status yang sangat indah dan baik sekali. Dalam hal ini, teman saya tersebut banyak mencantumkan ayat maupun hadist satu persatu. Padahal saya sering dengar dan melihat dia masih mencontek dikelas dan berkata-kata yang tidak pantas diucapkan sebagai siswa berpendidikan dan banyak hal yang lain. Pada saat itu saya sempat berkata "jika kamu memasukkan ayat/hadits dalam statusmu niscaya seumur hidupmu tidak akan pernah selesai".
Dalam cerita diatas saya memvonis temen saya munafik. Benarkah perbuatan saya ? . Tentu sebagian dari kalian akan berkata "benar" ada juga yang "salah" hal ini boleh-boleh saja karena seperti yang telah saya jelaskan dalam artikel saya sebelumnya. Namun, Pernahkah kita menoleh kearah diri kita sendiri ? apakah kita sudah benar ? sehingga kita bisa memvonis orang lain munafik. Apakah bukan kita yang munafik karena telah berkhianat hati dan prasangka kepada teman kita ?.
Bisa-bisa saja kita memvonis Teman kita munafik. Tapi ingatlah pepatah "kuman diseberang pulau kelihatan sedang gajah dipelupuk mata tak terlihat". dari pepatah diatas kita bisa menyimpulkan bahwa sesungguhnya kesalahan kita masih lebih besar dari teman kita. Sebagai cambukan agar kita tidak merasa diri kita paling benar.
Dari hal diatas kita dapat mengambil 5 hal sebagai hikmah
- Pertama, ketika kita menyampaikan kebaikan (meskipun kita belum seperti yang kita sampaikan) maka jadikanlah itu sebagai cambuk itu diri kita sendiri agar punya self control dari diri sendiri.
- Kedua, jadikanlah apa yang kita sampaikan tersebut sebagai pelecut supaya kita sendiri menjadi terus lebih baik dan tidak berperilaku yang bersifat kontra dengan kebaikan yang telah kita sampaikan.
- Ketiga, Sepertinya menyampaikan perkataan yang baik masih jauh lebih baik ketimbang menyampaikan perkataan yang sama buruknya atau lebih dari perliaku kita.
- Keempat, kurangi atau bahkan hilangkan negatif thinking terhadap orang lain. Karena, banyak hal yang tidak kita ketahui ketika dia sedang sendiri di sepertiga malam, dan di saat-saat siapapun tidak ada yang melihatnya. Bisa jadi dia tidak seburuk yang kita kira. Setiap orang mungkin punya catatan kehidupan yang negatif, tapi setiap orang mempunya hak untuk merubahnya menjadi positif. Dan yang terpenting, kita tidak pernah tahu nilai spesial apa yang Tuhan berikan untuk dia.
- Kelima, teteeeep… sampaikanlah kebaikan walau cuma satu ayat. Tidak perlu khawatir orang akan menilai kita munafik, tapi lebih khawatirlah ketika kita tidak berguna sama sekaliDemikianlah sobat, sedikit opini saya yang mudah-mudahan bisa ada nilai benar dan baiknya. Saya tidak bermaksud mengarahkan siapapun untuk sama dengan opini saya. Penilai munafik atau tidaknya kebaikan yang disampaikan setiap orang mungkin tetaplah milik Tuhan, kecuali pada beberap hal yang Tuhan tampakan betul untuk kita. Yang terpenting adalah kita berusaha terus lebih baik dan lebh berguna, minimal dari lisan dan tulisan kita.Satu lagi, diatas saya sudah berjanji akan memberikan gambaran siapa kawan yang dimaksud diatas. Kawan yang saya maksud diatas sebetulnya adalah fiktif, ya sepenuhnya fiktif, alias perekaan saya sendiri walaupun mungkin tidak menutup kemungkinan sebenarnya ada. Jadi clear ya…Sekian, Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar