Sejarah singkat
Secara singkat, sejarah berdirinya SMA Negeri 20 Surabaya dapat dijelaskan sebagai berikut. SMA Negeri 20 Surabaya sebagai salah satu sekolah tambahan di dilingkungan Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya pada awalnya dibuka sejak tahun 1989 lalu, dengan tujuan menambah daya tampung jumlah sisiwa yang ingin masuk sekolah negeri. Sebagaimana yang tercantum dalam surat keputusan kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur No.352/ 104/ A/ 1989 tertanggal 22 Juni 1989 tentang pembukaan dan pengelola sekolah baru diwilayah kotamadya Surabaya. Sedangkan yang ditunjuk sebagai pengelola SMA Negeri 20 Surabaya pada waktu itu adalah SMA Negeri 16 Surabaya yang terletak di Jalan Panjang Jiwo Surabaya.
Hal itu karena pada saat itu, pembangunan gedung SMA Negeri 20 Surabaya sendiri belum selesai. Kemudian pada tahun ajaran 1990/1991, setelah gedung sekolah tersebut telah selesai dibangun yakni pada tahun 1990, maka sejak itu, SMA Negeri 20 Surabaya dipindahkan ketempat yang baru yakni di Jalan Medokan Semampir Sukolilo Surabaya sampai dengan sekarang ini. Keberadaan sekolah menengah atas ini, juga diperkuat berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan RI No.0389/ o/ 1990 tanggal 11 Juni 1990 tentang penegerian sekolah di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur.
Setelah mengetahui sejarah singkat SMAN 20 , sekarang waktunya kita masuk ke jalan cerita saya selama di sma 20. So, pasti ceritanya agak sedikit konyol dan curhat hahhaha. Mau ikut ? lets go
MOS.
Pertama kali saya masuk di sma 20, kekecewaan timbul dihati saya. Selain karena gedungnya belum selesai direnovasi, lokasinya pun kurang strategis. Coba saja bayangkan, hari pertama masuk saja sudah terjebak macet sekitar 1 jam. Apalagi kalau tiap hari masuk? Bisa sakit saya. Hal itu, yang ada dibenak saya. Sedikit lucu memang, ketika saat ini SMA 20 telah memberikan kenangan yang begitu berarti bagi saya. Benar juga ada ungkapan dari barat “Don’t judge the book by the cover” Hehhe. Pada saat mos, saya sendiri merasakan keasyikannya. Yah positive thinking aja. Walaupun kakak kelasnya serem, tapi mungkin untuk kebaikan kita (kebaikan apa yah ? hehe).
Kelas X-9 & XI-IA 1
Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa saya menggabungkan cerita antara kelas 1 dan 2 saya sewaktu di SMA. Ada yang tahu jawabannya ? ayo angkat kaki hehee. Yups, Jawabannya adalah karena sewaktu saya kelas 1 dan 2 saya berada dikelas yang sama. Bukan karena tidak naek kelas loh. Tapi memang kebijakan dari guru-guru seperti itu. Entah apa yang mendasarinya. Oke sudah selesai basa-basinya. Capcus ke cerita.
Awal kali kami memulai tahun pembelajaran baru. Sudah menjadi tradisi bagi kelas 1 untuk melakukan pembagian kelas. Di SMA 20 sendiri telah diadakan matrikulasi yang diselenggarakan beberapa hari. Awalnya saya sendiri merasa agak malas ketika disuruh memegang kembali pena tercinta. Selain itu, karena libur panjang, sehingga saya agak lupa materi yang diteskan. Ya berdoa sajalah hehee. Akhirnya saya mengerjakannya apa adanya. Eh tak disangka saya masuk kelas unggulan. Ibarat menyelam sambil minum air. Karena siswa dikelas 10 dan 11 sama maka saya akan memaparkan sifat mereka satu kali saja. Karena memang kelas unggulan, dari awal saya sudah merasakan panasnya hawa persaingan dikelas itu. Kenapa saya bisa berbicara demikian?. Karena siswa dikelas itu adalah siswa yang memiliki motivasi yang sangat tinggi, sangat agresif dalam menerima ilmu, dan sangat aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Eits, walaupun dengan persaingan yang ketat, tapi tak ada satupun dari mereka yang melakukan hal yg tidak sehat. Jadi, kita memang bersaing ketika ulangan dan menjawab pertanyaan guru, tapi kita tidak pernah bersaing ketika berbagi ilmu atau pengalaman. Pokoknya kekeluargaannya begitu terasa deh.
Pada saat itu wali kelas kami adalah Mr. Joe (Josesef Adiwijajat). Seorang figure yang memberikan kita contoh kelembutan,kalem , santun, namun tegas dalam menghadapi masalah. Sedangkan saat saya kelas 2, wali kelas kami adalah Mrs Ambriyah. Seorang figure bagi saya. Beliau orang yang lugas,disiplin,tegas dan yang paling saya sukai darinya adalah beliau sering memberikan cerita-cerita motivasi yang membuat jantungku berdegup kencang untuk kembali berjuang fisabilillah. Ada kelebihan juga ada kekurangannya dikelas kami. Fasilitas yang berlebih, membuat kami seakan di “anak emaskan” sedangkan ada beberapa anak yang merasa di “anak tirikan” hal itu yang membuat timbulnya paham-paham baru. Tapi hanya beberapa oknum saja yang demikian. Saya yakin tidak semua anak berpikiran demikian.
Lanjut masalah ekskul, pada awal kelas 10 saya tidak mengikuti ekskul apapun. Kenapa ? karena saya sudah disibukkan dengan kegiatan organisasi extra sekolah. Sehingga hanya ada sedikit waktu luang yang biasanya saya gunakan untuk belajar materi sekolah atau belajar filsuf islam dan istirahat. Sebenarnya saya sudak tertarik untuk mengikuti SKI, namun pada saat itu memang saya belum menginginkan untuk kelain hati dari organisasi saya diluar sekolah, dimana lingkup dakwah lebih besar. Namun, pada saat pergantian semester, saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan SKI. Kenapa demikian? Karena hati saya begitu perih ketika melihat kebobrokan umat terutama siswa SMA 20. Beberapa dari mereka sudah tahu aqidah namun tidak mengindahkannya, bahkan tidak sedikit dari mereka belum menyentuh ajaran islam yg berupa aqidah,akhlak,dll.
Karena saya merasa belum siap untuk mendakwahi mereka secara langsung. Karena untuk mengartikan quran dan hadits itu harus memiliki landasan ilmunya terlebih dahulu. Dan kebetulan saya belum sanggup menguasai itu. Ya mungkin akibat dari saya lebih suka belajar filsafat islam daripada aswajah. Tapi bertahap akan saya usahakan.
Karena hal itu, maka saya putuskan untuk masuk SKI dan melakukan Dakwah bil hikmah. Ini merupakan tingkat dakwah paling rendah, namun lebih baik daripada tidak sama sekali kan?. Oiya hal yang berkesan saat kelas 11 adalah saat saya mengatakan “Ana uhibbuka fillah” kepada seorang ukhti yang kemudian kami memutuskan untuk menunda semuanya hingga waktunya nanti (curhat.hehee)
Kelas XII-IA 4
Saat pertama kali kami mendengar bahwa kami akan dipisah, kami semua merasakan kekecewaan. Padahal tinggal setahun lagi dan kami sudah 2 tahun bersama. Kenapa harus dipisah?. Pada saat itu saya memang sudah tahu dan setuju ketika dipisah, karena alasannya adalah persaingan dikelas kami terlalu ketat dan sukar. Sehingga dewan guru memutuskan untuk mempermudah persaingan kami agar kami bisa mendapatkan “hadiah”. Dan memang benar saya rasakan perbedaannya saat saya berada dikelas 11 da 12.
Walaupun harus saya akui mereka memiliki perbedaan dibidang kemampuan, namun anak-anak dikelas 12 ipa 4 adalah anak-anak yang rajin dan mau berusaha untuk bisa. Perbedaanya mungkin hanya siswa kelas X-9 dan X1-ia1 pada tahun ajaran kami adalah nasi yang sudah matang dan tinggal memakannya sedangkan di kelas 12 adalah beras yang akan segera menjadi nasi. Sama saja sebenarnya hasilnya. Namun, tentu dibutuhkan waktu yang lebh panjang. Hikmah : “Seribu langkah besar selalu diawali oleh satu langkah kecil”. Saat ini kami tengah mempersiapkan Ujian Sekolah dan Nasional. Doakan kami agar lulus 100% dan diterima di PTN favoritnya masing-masing. Sekian cerita dari saya. Terima kasih telah menyimak
1 komentar:
wih wih.. detail bgt jay onok sejarahnya :D
onok surat keputusan pula :D
Posting Komentar