Minggu, 20 Februari 2011, 01:11 WIB
Muhammad Firman
VIVAnews - Ilmuwan menemukan ikan aneh yang hidup di perairan yang paling parah terkena polusi. Ikan tersebut berhasil bertahan karena telah berevolusi hingga mampu mengatasi bahan kimia berbahaya.
Para ‘penjelajah racun’ di dunia air tersebut merupakan ikan tomcod, yang tampak serupa dengan ikan cod biasa. Bedanya, ukuran ikan yang tinggal di kawasan sungai Hudson dan sekitarnya ini memiliki ukuran yang lebih kecil.
Sebagai informasi, sejak tahun 1947 sampai 1976, perusahaan seperti General Electric telah menghanyutkan PCB dan dioksin ke sungai di sekitar Hudson. Di tahun 1980-an, sekitar 95 persen ikan di kawasan tersebut ditemukan menderita tumor hati.
skip to main |
skip to sidebar
Blog ini didedikasikan kepada siapa saja yang ingin menimba ilmu dan berbagi informasi
Pages
Minggu, 22 Mei 2011
Ilmuwan India Temukan Goa Raksasa di Bulan
Ilmuwan India berpendapat gua ini bisa menjadi sebuah kota kecil di bulan.
Kamis, 3 Maret 2011, 07:31 WIB
Gerhana bulan (AP Photo/Seth Wenig)
VIVAnews - Pada 2009 lalu, Badan Angkasa Jepang JAXA mengumumkan ada sebuah lubang di bulan yang bisa disiapkan jadi pangkalan manusia. Kini, Organisasi Riset Angkasa India menemukan, terdapat sebuah gua raksasa di ekuator bulan, di kawasan Samudera Procellarum.
Gua raksasa ini, yang ditemukan pesawat ulang-alik Chandrayaan-1, memiliki panjang lebih dari 1,7 kilometer dan lebar 120 meter. Sebagai perbandingan, lubang yang ditemukan JAXA hanya berukuran 65 meter panjang dan 88 meter lebar.
Saking panjang dan lebarnya, ilmuwan India berpendapat gua ini bisa menjadi sebuah kota kecil di bulan atau menjadi pangkalan rahasia Nazi untuk menampung sejumlah pesawat ala UFO.
Para ilmuwan India ini telah mempublikasikan penelitiannya dan bicara kemungkinan menjadikan gua ini sebagai pangkalan manusia di masa depan. Pangkalan ini nanti akan terlindungi dari radiasi, dampak meteor kecil, debu dan suhu ekstrem yang diakibatkan struktur lava di bulan.
Struktur lava bulan ini menghasilkan lingkungan dengan temperatur konstan pada minus 20 derajat Celsius, bertolak belakang dengan suhu permukaan bulan yang bervariasi dari minimum minus 180 derajat Celsius (malam hari) sampai maksimum 130 derajat Celsius di siang hari.
Namun dengan struktur gua ini, para peneliti berharap dengan konstruksi minimal, suhu ekstrem bisa diminimalisir. Dengan begitu, ongkos pun berkurang drastis.
Dan jika ini berhasil, para peneliti India berharap kota itu nanti bernama Attilan.
Sumber: Gizmodo
Kamis, 3 Maret 2011, 07:31 WIB
Gerhana bulan (AP Photo/Seth Wenig)
VIVAnews - Pada 2009 lalu, Badan Angkasa Jepang JAXA mengumumkan ada sebuah lubang di bulan yang bisa disiapkan jadi pangkalan manusia. Kini, Organisasi Riset Angkasa India menemukan, terdapat sebuah gua raksasa di ekuator bulan, di kawasan Samudera Procellarum.
Gua raksasa ini, yang ditemukan pesawat ulang-alik Chandrayaan-1, memiliki panjang lebih dari 1,7 kilometer dan lebar 120 meter. Sebagai perbandingan, lubang yang ditemukan JAXA hanya berukuran 65 meter panjang dan 88 meter lebar.
Saking panjang dan lebarnya, ilmuwan India berpendapat gua ini bisa menjadi sebuah kota kecil di bulan atau menjadi pangkalan rahasia Nazi untuk menampung sejumlah pesawat ala UFO.
Para ilmuwan India ini telah mempublikasikan penelitiannya dan bicara kemungkinan menjadikan gua ini sebagai pangkalan manusia di masa depan. Pangkalan ini nanti akan terlindungi dari radiasi, dampak meteor kecil, debu dan suhu ekstrem yang diakibatkan struktur lava di bulan.
Struktur lava bulan ini menghasilkan lingkungan dengan temperatur konstan pada minus 20 derajat Celsius, bertolak belakang dengan suhu permukaan bulan yang bervariasi dari minimum minus 180 derajat Celsius (malam hari) sampai maksimum 130 derajat Celsius di siang hari.
Namun dengan struktur gua ini, para peneliti berharap dengan konstruksi minimal, suhu ekstrem bisa diminimalisir. Dengan begitu, ongkos pun berkurang drastis.
Dan jika ini berhasil, para peneliti India berharap kota itu nanti bernama Attilan.
Sumber: Gizmodo
Meteorit Bawa Alien Berbentuk Cacing
COMPAS.com - Seorang peneliti dari NASA mengklaim telah menemukan bukti adanya makhluk angkasa luar (alien). Laporan yang ditulis Richard Hoover yang dipublikasikan di Journal of Cosmology, Jumat (4/3/2011), memuat foto makhluk semacam cacing berukuran mikroskopik.
Dia menyatakan telah menemukan fosil amat kecil pada meteorit. Dari fragmen yang dibawa Hoover tampak beberapa tipe meteorit kondrit karbon (carbonaceous chondrite) yang merupakan materi dengan kandungan air dan materi organik relatif tinggi.
Dia menyatakan telah menemukan fosil amat kecil pada meteorit. Dari fragmen yang dibawa Hoover tampak beberapa tipe meteorit kondrit karbon (carbonaceous chondrite) yang merupakan materi dengan kandungan air dan materi organik relatif tinggi.
Sebuah tangkai dari spesies jamur baru Ophiocordyceps camponoti-balzani muncul dari kepala semut di hutan hujan Brazil. Layaknya zombie, jamur ini menyebabkan kematian.
Spesies jamur yang berasal dari gabungan empat spesies yang berbeda ini dapat mengendalikan pikiran semut. Spesies jamur Ophiocordyceps camponoti-balzani dapat menginfeksi semut, mengambil alih otak mereka dan membunuh serangga itu.
Yang menakutkan, jamur itu akan terus berada di dalam kepala hewan hingga di tempat yang ideal bagi jamur untuk tumbuh dan menyebarkan spora. Selanjutnya, jamur akan membunuh serangga itu.
Keempat spesies jamur itu hidup di hutan hujan Atlantik Brazil yang mengalami perubahan dengan cepat akibat perubahan iklim dan deforestasi (pengurangan jumlah hutan), kata pemimpin penelitian David Hughes, entomologi di Penn State University.
Spesies jamur yang berasal dari gabungan empat spesies yang berbeda ini dapat mengendalikan pikiran semut. Spesies jamur Ophiocordyceps camponoti-balzani dapat menginfeksi semut, mengambil alih otak mereka dan membunuh serangga itu.
Yang menakutkan, jamur itu akan terus berada di dalam kepala hewan hingga di tempat yang ideal bagi jamur untuk tumbuh dan menyebarkan spora. Selanjutnya, jamur akan membunuh serangga itu.
Keempat spesies jamur itu hidup di hutan hujan Atlantik Brazil yang mengalami perubahan dengan cepat akibat perubahan iklim dan deforestasi (pengurangan jumlah hutan), kata pemimpin penelitian David Hughes, entomologi di Penn State University.
2050 krisis air
VIVAnews - Dampak perubahan iklim benar-benar di depan mata. Ini menjadi ancaman yang tak terhindarkan. Diperkirakan, 40 tahun lagi, lebih dari satu miliar penduduk perkotaan akan menghadari masalah krisis air serius.
Studi ini diumumkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, yang dikutip VIVAnews.com dari Straits Times, Selasa, 29 Maret 2011.
Pada 2050, menurut studi tersebut, perubahan iklim memperburuk efek dari urbanisasi di perkotaan. Kota-kota di India diperkirakan mencatat yang terparah. Namun, selain India, sebagian besar kota besar di dunia juga terancam sanitasi yang buruk.
Studi itu menyorot tren urbanisasi saat ini hingga pertengahan abad nanti, di mana sekitar 993 juta penduduk kota besar akan hidup dengan krisis air. Masing-masing penduduk kota akan hidup dengan kurang dari 100 liter air per hari.
Studi ini diumumkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, yang dikutip VIVAnews.com dari Straits Times, Selasa, 29 Maret 2011.
Pada 2050, menurut studi tersebut, perubahan iklim memperburuk efek dari urbanisasi di perkotaan. Kota-kota di India diperkirakan mencatat yang terparah. Namun, selain India, sebagian besar kota besar di dunia juga terancam sanitasi yang buruk.
Studi itu menyorot tren urbanisasi saat ini hingga pertengahan abad nanti, di mana sekitar 993 juta penduduk kota besar akan hidup dengan krisis air. Masing-masing penduduk kota akan hidup dengan kurang dari 100 liter air per hari.
Akhir Tahun 2011 Bumi Akan Punya Dua Matahari Selama Seminggu
Bumi Akan Punya Dua Matahari Selama Seminggu
Betelgeuse, bintang raksasa berjarak 640 tahun cahaya dari Bumi, sekarat. Ia akan meledak.
Minggu, 23 Januari 2011, 00:18 WIB
Perbandingan Betelgeuse dengan bintang raksasa lain. Pada skala ini ukuran Matahari hanya 1 piksel. (nightsky.ie)
Betelgeuse, bintang raksasa berjarak 640 tahun cahaya dari Bumi, sekarat. Ia akan meledak.
Minggu, 23 Januari 2011, 00:18 WIB
Perbandingan Betelgeuse dengan bintang raksasa lain. Pada skala ini ukuran Matahari hanya 1 piksel. (nightsky.ie)
Peneliti Jepang Berhasil Buat Retina
TRIBUNNEWS.COM, KOBE - Para peneliti di RIKEN Center for Developmental Biology, Kobe, Jepang, berhasil membuat retina dari sel induk embrio tikus. Menurut para peneliti retina merupakan jaringan biologis terumit yang pernah mereka buat.
Jaringan yang dikembangkan tidak sekadar retina, tetapi lengkap dengan cawan optik, organ dua lapis yang terdiri dari retina dan lapisan luar sel berpigmen yang menyediakan nutrisi dan menyokong retina serta sel yang sensitif terhadap cahaya. Sel yang terakhir disebut mengirimkan informasi ke otak.
TRIBUNNEWS.COM, KOBE - Para peneliti di RIKEN Center for Developmental Biology, Kobe, Jepang, berhasil membuat retina dari sel induk embrio tikus. Menurut para peneliti retina merupakan jaringan biologis terumit yang pernah mereka buat.
Jaringan yang dikembangkan tidak sekadar retina, tetapi lengkap dengan cawan optik, organ dua lapis yang terdiri dari retina dan lapisan luar sel berpigmen yang menyediakan nutrisi dan menyokong retina serta sel yang sensitif terhadap cahaya. Sel yang terakhir disebut mengirimkan informasi ke otak.
Daftar Link
Pengikut
follow us
Total Tayangan Halaman
Mengenai Saya

- zainul_ahmad
- saya adalah remaja yang kini sedang mencari jati diri dan aktif dalam berorganisasi
Klik-klik
Copyright (c) 2010 artikel bagus and Powered by Blogger.